Sekitar pukul 16.30 WIB aku sampai di pelabuhan kota Siak. Kedatanganku disambut dengan turunnya gerimis kecil-kecil. Aku keluar dari area perlabuhan dan menyusuri jalanan beraspal di depan pelabuhan.
Sepi. Satu dua motor kadang melintas. Hum,
Kota Siak mengingatkanku pada masa sekolah dulu. Sekitar tahun 1995-an ketika masih senang berkunjung di wilayah Bukit Tidar, Magelang. Ada satu area yang sepi. Tidak banyak penjual di sana. Hanya ada beberapa warung yang mirip dengan warung tegal. Tapi orang di situ menyebutnya Kedai Kopi.
Seorang tukang ojek memanggilku dari kejauhan. Kulambaikan tangan, dan ia pun mendekat. Aku pun mengatakan untuk diantarkan ke suatu warung kopi di tengah kota. Namanya warung kopi ABC. Di tempat itulah, ada seorang teman (Iqbal Tanberank) menungguku.
Tak membutuhkan waktu yang lama dari pelabuhan menuju warung kopi ABC. Melalui komplek Istana Siak, lurus terus, tibalah kami ke simpang di dekat warung kopi ABC. Teman pun sudah menanti di sana.
Karena hari sudah gelap, kami tidak bisa melihat keindahan Kota Siak. Karena ketika malam hari, hanya turap tempat yang bisa dituju. Turap itu adalah semacam tanggul di tepian sungai. Turap yang terkenal untuk nongkron malam-malam adalah yang terletak di Jalan Indragiri.
Ada semacam taman rerumputan di situ. Ada penjual di sekitarnya. Sehingga di sore hari, warga Siak bisa duduk-duduk di tepian turap sambil. Makan sambil melihat kapal yang berlalu-lalang di sungai.
Kalau ingin menikmati Kota Siak, pagi hari adalah awal yang bagus. Seperti yang terjadi di Sabtu (20/10) paginya. Setelah semalam beristirahat sejenak, pagi sekitar pukul 07.00 kami memulai hari.
Warung Kopi
Diawali dengan perjalanan menuju suatu kedai kopi. Kedai kopi merupakan ciri khas masyarakat Melayu, termasuk Siak. Konon ceritanya, kedai kopi merupakan tempat favorit orang-orang. Di sanalah orang saling bertemu dan berbagi informasi.
Bahkan ada yg mengatakan, “Dua jam minum di kedai kopi, setara dengan membaca semua koran di seluruh kota.” Di sana kami memesan minum. Segelas kopi susu dan segelas gingseng panas. Ditemani beberapa kue-kue kecil.
Pecinan
Selesai mencicipi menu di kedai kopi, kami melanjutkan perjalanan. Rutenya melalui pasar tradisional Siak. Lalu kami berjalan menyusuri Jalan Sutan Ismali.
Pemandangan yang unik terlihat di sana. Bangunan dari kayu berlantai dua. Mirip ruko-ruko di perkotaan tapi yang itu lebih tradisional. Di atas pintu, jendela, dan dinding tertempel ornamen- ornamen khas oriental. Ornamen dengan dominasi warna merah dan kuning keemasan.
Yah, tentunya bisa ditebak. Lokasi itu semacam Pecinan-nya Siak. Lantai satu dipakai sebagai tempat usaha. Mereka berjualan berbagai kebutuhan masyarakat dari sembako hingga barang atau jasa lainnya. Sedangkan di lantai dua digunakan sebagai tempat tinggal.
Kapal Kato
Kami lanjutkan perjalanan hingga berhenti di sebuah kapal. Aneh memang, ada kapal terletak di atas panggung dari semen. Tapi ternyata kapal itu adalah satu diantara museum peninggalan jaman keemasan Siak.
Kapal berukuran sekitar 12 meter dengan berat 15 ton itu dikenal dengan nama Kapal Kato. Alat transportasi di air itu kini diletakkan di pinggir Sungai Siak. Konon ceritanya, kapal besi berbahan bakar batu bara itu dimiliki oleh Sultan Siak. Kapal itu sering dinaiki Sultan ketika melakukan kunjungan ke daerah-daerah kekuasaannya. Kini, kapal bersejarah itu diabadikan sebagai peninggalan sejarah Siak yang bisa dikenang sepanjang masa.
Makam Sultan dan Masjid Sahabuddin
Masih menyusuri Jalan Sutan Ismail, kami pun tiba di sebuah komplek bangunan bergaya khas Islam. Dua bangunan dengan bagian atas terdapat kubah-kubah. Yang pertama adalah Masjid Sahabuddin. Di dalamnya terdapat sebuah mimbar yang terbuat dari kayu berukir indah bermotifkan daun, sulur dan bunga.
Yang kedua adalah makam pahlawan nasional, Sutan Syarif Kasim II. Letaknya di sebelah barat mesjid. Ada tiga makam di dalam bangunan tersebut. Yaitu makam Sultan Syarif Kasim beserta permaisuri dan istrinya. Kedua bangunan itu terletak sekitar sekitar 500 meter dari komplek Istana Siak.
Balai Kerapatan Tinggi
Usai mengunjungi Makam Sultan dan Masjid Sahabuddin, kami kembali lagi melanjutkan perjalanan. Kembali menyusuri Jalan Sutan Ismail dan sampailah ke sebuah bangunan baru namun sepertinya belum dihuni.
Ada pagar yang dikunci dengan rantai besi. Namun setelah kami dekati, ternyata rantai itu hanya dililitkan di atas pagar. Dengan begitu bisa kami buka dan memasuki area gedung tersebut.
Ada rerumputan yang sudah meninggi. Setinggi betis kakiku.
Gedung yang dinamakan Balai Kerapatani itu terletak dipinggir sungai Siak. Menghadap ke sungai dan ke arah jalan darat. Secara histori, bangunan itu dipakai untuk sidang perkara dan juga berfungsi sebagai tempat pertabalan Sultan.
Namun rencananya balai kerapatan tersebut akan digunakan sebagai museum. Di dalamnya terdapat ukiran-ukiran unik. Khas Melayu.
Pada bagian bawah, terdapat sebuah prasasti balai Kerapatan Tinggi Siak dengan keterangan didirikan pada tahun 1988.
Balai itu menjadi tempat tujuan terakhir yang kami tuju, sebelum mengakhiri perjalanan kembali ke Pekanbaru. Masih ada lokasi-lokasi lain yang sebenarnya bisa kami kunjungi. Dan semoga masih bisa dikunjungi di lain waktu. (ans)
wah…diam-diam sdh berani ya bertualang di Riau. Asyik kan nongkrong di kedai kopi di Siak. Begitu juga saat jalan2 di Sutan Ismail. Tapi, kalau dicermati, rumah motif Cina-nya hanya berlantai dua. Lantai dasar dan lantai satu. Bukan lantai satu dan dua. begitu aja koreksiannya. nggak marah kan?
bikin lagi tulisan petualangan yg lain, seperti bgm sulitnya menembus seorang sumber berita, atau bgm beratnya lapangan tempat peliputan. Tks
—–===—–
Hihi…makasih koreksinya.
Kalau ada kesempatan lagi, mo aku tulis kisah petualangan yang lain deh Pak. Tapi kalau sulitnya menembus nara sumber…hum…sejauh ini aman-aman aja
Makasih Pak Irwan
Wiek
huh…aku belum juga jadi menelusuri Siak. Baru liat Siak dari luar. Sepanjang jalan menuju kedai kopi. But, so far Siak memang seru buat dikunjungi. walaupun kata Ibal_tenberank Siak itu bikin dia pusing..hehe…
Siak…waiting 4 me….
(ajak akulah sekali-kali mba..hmmm)
—===—
Finally…..
Dah puas jalan-jalan di Siak kan Ses..hihi
Gantian ne..kapan aku diajak jalan-jalan ke bukit tinggi
Wiek
siak ????
Wiek, dikau punya tak sejawar hidup Sultan Syarif Qasim II???
ajiiiiibb…kapan Q juga bisa kesitu…
assalam
siak kangen nih
kangen ma istana yang nan megah dan jaya tuh
pa lg komet yang terkenal cuma 2 di dunia
sungguh hebat nian sang kampungku SIAK……
tunggu ke datangan ku y
oh y nih fs dian
dhean_dhen@yahoo.com
jgn lupa di add y
salam kenal buat warga siak sri indrapura semuanya
wassalam
assalam
siak kangen nih
kangen ma istana yang nan megah dan jaya tuh
pa lg komet yang terkenal cuma 2 di dunia
sungguh hebat nian sang kampungku SIAK……
tunggu ke datangan ku y
oh y nih fs dian
dhean_dhen@yahoo.com
jgn lupa di add y
salam kenal buat warga siak sri indrapura semuanya
wassalam
assalamualaikum
hiks…hiks…
kangen banget ma siak, palagi uda 4 bulan ninggalin siak..
salam kenal aja bwt smwa na, n salam kngen bwt temen2 aq yang di siak..
wass…
Siak skg aman2 aja,..aku asli cirebon, tp skg sdh 5 thn nyangkut disiak ( dapat bini orang benteng hilir-siak, he..he..he), gak tahu jg kok aku betah sekali tinggal dikota kecil spt siak ini, aman buanget, buat temen2 asal siak yg ada diperantauan kalau mau tahu perkembangan siak call/sms 081365730072 atau email cirebon_73@yahoo.com.
Assalamualaikum
Salam kenalan dari saya bagi yang mau mengunjungi BLOK saya
http://syaiful-pbb.blogspot.com
promosi daerah melaya riau berarti cinta donk ama negeri ini……….mari kita sukseskan misi 2020 .dan jangan lupe pilih DARWIN SUSANDI CALEG PPIB …..SUAI?
HIDUP RIAU HIDUP MELAYU…………….!!!!!!!!!!!
assalam
hay semua…
pa kabar?
wah…udah 8 bulan ne,,ga pulang ke siak…
aq kangen banget sama siak…
kota kecil nan damai dan indah,,,,
tunggu aq lima bulan lagi.aq akan kembali untuk mengunjungimu SIAK,,
Info sedekah jariyah